Laman

Senin, 09 Juli 2012

Puk-puk Tanpa Ditepuk

Era sosial media seperti sekarang ini punya banyak manfaat. Akses informasi lebih mudah, bersilaturahmi antarteman pun kian mudah lewat jejaring sosial. Selain itu, era sosial media ini jadi saksi kemunculan banyak kosakata baru yang langsung populer. Kamu tentu familiar dengan kata ''galau'', ''kepo'', ''kowawa'', atau kata ''jleb'' yang acap ditemui di linimasa Twitter.
Nah, selain beberapa kata di atas, situs jejaring sosial berlambang burung biru itu juga menjadi saksi kemunculan kata ''puk-puk''. Wah, apa lagi itu?
Kata ''puk-puk'' merupakan istilah pengganti bunyi tepukan di bahu seseorang. Nah, karena tepukan di bahu acap digunakan untuk menghibur seseorang yang sedang sedih, kata ''puk-puk'' pun punya manfaat demikian. ''Puk-puk'' acap digunakan untuk membesarkan hati atau menghibur seseorang yang sedang dalam situasi tidak enak, seperti sedih, stres, galau, bete, atau terpuruk.
Bisa dibilang, kemunculan kata ''puk-puk'' ini mempersingkat ucapan menyemangati seperti ''sabar ya'', ''tabah ya'', ''yang kuat ya'' dan lain-lain. Biar kata ''puk-puk'' lebih ''hidup'', penggunaan kata ini diapit tanda bintang (*), sebagai keterangan aksi (kata kerja).
Nah lho, lucu kan? ''Puk-puk'' yang notabene kata benda (bunyi tepukan) dikonvensionalkan sebagai kata kerja.
Eniwei, daripada bingung menyoal kata benda dan kata kerja, yang penting adalah manfaat dari kata itu sendiri. Asal makna kata itu untuk menyatakan dukungan, tentu lebih baik dari sekadar kata-kata sumpah serapah. Iya kan? Hehe....
Aksi kepedulian seseorang terhadap temannya yang sedang kesusahan bisa dituangkan dalam sebaris kicauan di Twitter yang menyertakan kata ''puk-puk'' ini. Contoh penggunaan kata ''puk-puk'' untuk memberi semangat adalah seperti ini:
''*Puk-puk* yang lagi ujian. Ayo semangat, sebentar lagi kita liburan.''
''Kapan ya Lady Gaga bisa konser di Indonesia? *Puk-puk* Little Monster.''
Nah, tapi ada juga sebagian orang iseng yang memberi dukungan (puk-puk) tidak ikhlas, separuh mem-bully. Cirinya, di akhir kata ''puk-puk'' diberi imbuhan kalimat menertawakan. Misalnya begini:
''Hey jomblo, nggak usah berharap malam minggu bisa dapat pacar deh. *puk-puk* yang jomblo. Hahaha....''
''Yang hari ini fakir kasih sayang mana suaranya? *Puk-puk* *emangnya enak*.''
Seiring dengan makin populernya kata ''puk-puk'', muncullah istilah baru, yaitu ''menerima jasa free puk-puk''. Entah apa alasannya, karena terlalu peduli atau nggak ada kerjaan, jadi dia semangat banget memberi ''puk-puk'' di setiap kicau teman yang mengeluh. Waduh, nggak enak juga ya kalau di setiap kicau Twitter kita di ''puk-puk'' orang lain. Jadi, kalau nggak pengin ''banjir puk-puk'', jangan sering-sering mengeluh di media sosial, ya. Mari menghalau galau!
»»  Next? Just click here guys!